Jumat, 01 Mei 2009

SANGPEMIMPI

Sang Pemimpi merupakan sekuel dari Laskar Pelangi. Jika dalam Laskar Pelangi Andrea Hirata, Sang pengarang yang notabene adalah tokoh Ikal dalam novel ini, bercerita tentang masa kecilnya menjalani pendidikan SD hingga SMP di Sekolah Muhammadiyah, maka dalam Sang Pemimpi Andrea berkisah tentang sebagian besar masa SMA yang dilaluinya.Karena SMA Negeri satu-satunya di Belitung ada di Magai, sebuah kota pelabuhan yang berjarak 30 kilometer dari rumah Ikal, maka Ikal bersama dua orang temannya Arai dan Jimbon, terpaksa hijrah ke Magai. Mereka bertiga sekolah bersama, tinggal bersama disebuah los kontrakan, dan sama-sama pula bekerja sebagai kuli panggul di pelabuhan.Arai adalah sepupu jauh Ikal yang ditinggal mati kedua orang tuanya kemuadian menjadi anak pungut orang tua ikal. Dia cerdas tapi nakal dan penuh ide-ide yang tak terduga. Arai juga tak banyak bicara namun otaknya selalu bekerja untuk membantu orang lain. Bagi Ikal, Arai adalah pahlawannya.Jimbon, kawan karib Ikal yang lain, bukanlah orang yang menarik. Dia gagap dan begitu terobsesi terhadap kuda, tapi dibalik segala kekurangannya Jimbon adalah sosok yang sangat ulet dan setia kawan.Masih mengusung tema pendidikan, Sang Pemimpi menampilkan Pak Balia guru sastra yang mengobarkan semangat dan melambungkan mimpi mereka untuk menuntut ilmu sejauh kemampuan.“Jelajahi kemegahan Eropa sampai ke Afrika yang eksotis. Temukan berliannya budaya sampai ke Prancis. Langkahkah kakimu di atas altar suci almamater terhebat sepanjang tara: Sorbone. Ikuti jejak-jejak Sartre, Louis Pasteur, Montesquieu, Voltaire. Di sanalah orang belajar science, sastra dan seni hingga mengubah peradaban..”Begitulah kisah ini mengalir, ketiga karib itu dengan mimpi mereka, perjalanan ketiganya dalam mewujudkan mimpi masing-masing. Serta dalam kejenakaannya Andrea menghiasi perjuangan mereka dengan kisah percintaan khas remaja. Kita terbawa kelucuan cara Arai yang konyol dalam menarik perhatian Nurmala. Atau tersenyum manis melihat cara Jimbon yang ulet hanya untuk membuat Laksmi tersenyum. Belum lagi kenakalan ketiganya saat menyusup ke dalam bioskop menonton film terlarang bagi anak sekolah hanya karena tergiur poster besar yang terpasang di los kontrakan mereka.Akhir kata, buku ini tidak hanya menarik tapi juga begitu menginspirasi. Jangan pernah berhenti bermimpi karena ”Kita tak ’kan pernah mendahului nasib, ” kata Arai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar